Selasa, 25 Januari 2011

SURAT IJIN MENJADI ORANG TUA

Sudahkah Anda kursus menjadi orang tua sebelum memutuskan menikah? Jika belum, maka alangkah lebih baik mengikuti training orangtua. Jika tidak, kemungkinan besar anak Anda akan menjadi lebih buruk dari yang Anda bayangkan. Negeri Israel saja sudah memberikan pelatihan selama dua tahun sebelum menikah. Sehingga sebelum menikah, para warganya sudah harus memiliki surat izin menjadi orang tua.

Demikian disampaikan Suhadi Fadjaray, konsultan pendidikan BAHANA PRO dalam in house training “Be a Smart Parent”. Bapak dua anak ini menjelaskan betapa bahayanya menjadi orang tua tanpa ilmu. “Jika urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya,“kata Suhadi menyitir hadis.

Secara umum, kita sering dibingungkan oleh pertanyaan siapa yang salah dalam hubungan orang tua dan anak yang “bermasalah” itu? Pertanyaan seperti inilah yang membuat masalah jadi lebih rumit karena kita sibuk mencari biang keladi, bukannya fokus pada solusi.

Suhadi memaparkan, banyak sekali problematika yang terjadi diantara hubungan antara orang tua dan anak, baik yang melibatkan sekolah maupun tidak. Misalnya, permasalahan seputar kemalasan sekolah, prestasi yang buruk, sampai pada kenakalan yang melibatkan rokok dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Adakah solusinya?

Dalam pandangan Suhadi, Jika kita menggunakan paradigma bahwa sesungguhnya anak-anak kita itu tak mempunyai masalah. Yang mempunyai masalah sebenarnya adalah orang tua dan guru dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak-anak mereka, maka orang tua akan lebih pro-aktif dalam mengembangkan keterampilan mereka sebagai orang tua dalam hal pengasuhan anak.

“Fakta membuktikan bahwa banyak orang tua yang belum atau kurang mempersiapkan diri dalam hal keterampilan pengasuhan anak sebelum menikah,” kata Suhadi.

Anggapan bahwa pengasuhan anak dapat dilakukan dengan sendirinya membuat orang tua terjebak pada pola asuh “asal-asalan” Akibatnya, banyak anak yang tidak optimal dalam tumbuh kembang mereka secara psikologis. Pola asuh yang didasarkan pengalaman orang tua masa lalu dengan cara mengulang model pengasuhan yang diterima masa kecil ataupun dengan cara “membalik total” pengasuhan yang pernah dialami orang tua semasa kecil merupakan menyebabkan pola-pola asuh salah secara turun-temurun menjadi sulit diurai.

Banyak sekali contoh bahwa betapa seorang anak merupakan hasil dari program yang ditamkan orang tuanya, baik secara sadar maupun tidak. Misalnya, memberikan label anak bandel, nakal, bodoh dan hal-hal lain secara negative seringkali dipercaya anak sebagai sebuah kebenaran tentang kondisi dirinya. Karena anak sangat percaya pada label yang diberikan, lambat laun anak akan menampilkan perilaku sebagaimana label yang dilekatkan pada dirinya.

WASPADA DI USIA SEKOLAH

Saat anak memasuki dunia sekolah, ada kecenderungan orang tua untuk “lepas tangan”, semua upaya-upaya pendidikan diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Inilah awal dari ketimpangan pengasuhan. Besaran perhatian terhadap aspek teaching—learning—parenting menjadi tidak proporsional lagi. Guru terus-menerus dilatih untuk dapat mengajar dengan baik, sementara itu pelatihan agar anak dapat belajar dengan baik kurang mendapat perhatian. Apalagi pembelajaran terhadap orang tua mengenai pola-pola pengasuhan sangat jarang tersentuh.

“Mengingat adanya ketimpangan paradigma antara pihak sekolah dan pihak keluarga, seringkali orang tua merasa tak mampu lagi mengendalikan anak-anak mereka karena adanya hambatan komunikasi antara sekolah, anak, dan orang tua,”ujar mantan guru favorit sekolah elite Ciputra Surabaya ini. Suhadi merasa perlu adanya pola-pola pengasuhan anak yang didasarkan pada ilmu pendidikan, bukan semata-mata menggunakan metode warisan yang tingkat keilmuannya belum teruji secara teoretis dan empirik.

Syaifuddin, salah seorang peserta yang hadir mengungkpakapkan kebahagiannya bisa mengikuti training untuk orang tua ini. Dalam pandangannya, materi yang disampaikan sangat berbobot dan dibutuhkan oleh orang tua dewasa ini. “saya kira pelatihan-pelatihan seperti ini dirutinkan saja. Biar kualitas anak nanti semakin baik disaat zaman yang makin bebas ini,“ kata pria yang jauh-jauh datang dari Pare, Kediri ini.

Jadi, apakah kita termasuk orang tua yang ingin meningkatkan kualitas hubungan kita dengan anak? Atau ada kualitas hubungan yang perlu ditingkatkan dalam kehidupan kita saat ini? Maka, jadilah orang tua yang profesional, yang “melek” ilmu parenting. (dod)
diambil dari tulisan Leni Haryati BuMai 
sumber

JADWAL SEMINAR

Beberapa Komentar setelah mengikuti seminar Parenting Suhandi Fadrajay:

" Inilah pelatihan yang bisa menjadi penawar dahaga bagi orang tua yang haus dengan ilmu pengasuhan anak. Sebab, keterampilan menjadi orang tua efektif itu bukan serta merta muncul, melainkan harus melalui proses belajar pula. (Daniel M. Rosyid Phd, Pembina Dewan Pendidikan Jawa Timur )

" Sudah banyak pelatihan tentang pendidikan dengan teori-teori yang rumit. Namun, sangat jarang workshop yang memberikan panduan kepada orang tua dan guru cara-cara memotivasi anak agar giat belajar. Sebab, apa pun yang dilakukan sekolah dan keluarga, tanpa motivasi yang membara dari anak, semua yang kita lakukan akan menjadi kurang berarti. Training dari Mas Hadi selain bahasanya yang mudah dicerna isinya juga aplikatif. (Nur Hidayat, Presiden Direktur Islamic School International Network).


" Setelah mengikuti pelatihan bersama Pak Hadi, sebagai seorang ibu sekaligus guru di Madrasah saya merasa terbantu sekali untuk bisa ikut membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak saya dan juga memperkaya trik-trik baru untuk menghilangkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar.
Sebelum mengikuti pelatihan, dalam pikiran kami sering timbul pertanyaan apakah langkah yang kami tempuh ini tepat atau tidak ketika membantu anak atau siswa dalam menyelesaikan masalah. Begitu juga ketika mengajar di kelas kami sering merasa pusing atau stress menghadapi ulah siswa yang sulit diatur.
Tapi sekarang alhamdulillah sedikit banyak kami telah punya modal ilmu dasar untuk membantu siswa atau anak dalam menyelesaikan masalah dengan tanpa menyiksa perasaan anak. Begitu juga ketika mengajar kami juga bisa enjoy dan banyak tersenyum. (Nurul Hujjah ,MI Taman Santri Canggu Pare / Badas Kediri)

Kini giliran Anda yang merasakan manfaatnya. Bagi Anda Para Orang Tua, Calon Orang Tua, Wali Murid, Para Guru, Konseler, Kepala Sekolah, Praktisi Pendidikan, Dan Lainnya hadiri SEMINAR PARENTING dengan pembicara SUHANDI FADRAJAY:
Hari, tanggal : Sabtu, 5 Maret 2011
Waktu : Pukul 08.00 – 12.00 WIB
Tempat : Islamic Center Bekasi
Jln. A. Yani, Bekasi Selatan
HTM : Rp. 200.000,00*
Guest Speaker : Mr. I Can
Dan raih kesempatan mendapatkan TIKET PERJALANAN WISATA KE BALI Pulang-Pergi untuk Anda dan Pasangan**. GRATISS!!

Dapat Ilmunya, bawa pulang Hadiahnya!

LETS BE A SMART PARENT



* harga sampai 1 Februari 2011, setelah itu menjadi Rp. 300.000,00
** hadiah berupa kupon yang akan diundi. Diberikan kepada siapa saja yang berhasil mereferensikan (mengajak) 3 orang untuk mengikuti seminar ini

PROFIL PEMBICARA


SUHADI FADJARAY. Mungkin belum banyak dari kita yang mengenal nama itu. Namun kiprahnya sebagai pembicara, terutama dalam bidang pendidikan, sudah malang melintang. Sejak tahun 2000, Bapak 2 anak asal Jombang, Jawa Timur ini sudah bergabung sebagai ketua forum pendidikan Metropolis Surabaya. Pada tahun 2002 hingga sekarang, beliau pernah dan masih aktif sebagai trainer dan konsultan pendidikan di sejumlah sekolah di Surabaya (Jawa Timur), Trainer dalam bidang peningkatan skill study (Quantum Learning, Speed Reading, Public Speaking, Management Conflict, Journalistic, Thinking Skill di sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) and Institut Teknologi Surabaya (ITS)), dan sebagai Trainer di Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) Surabaya. Selain itu beliau juga merupakan Instuktur dan konsultan pada Paradisso Parenting School, Konsultan pendidikan pada sejumlah sekolah bertaraf internasional di Indonesia, serta Eksekutif Direktur Islamic School International Network.

Prestasinya saat ini tak lepas dari pengalaman masa kecilnya yang kurang menyenangkan. Tubuh sangat mungilnya saat ia masih kecil membuat ia menjadi anak yang kurang diperhitungkan baik oleh orang tua maupun guru-gurunya. Predikat “Suhadi Tidak pintar, Suhadi Anak Bawang” yang melekat pada dirinya sejak di bangku Sekolah Dasar di Jombang, tidak membuat pria yang pada 24 Maret nanti genap berusia 40 tahun ini, berkecil hati. Ia ingin melepaskan diri dari belenggu predikat itu dan mendapatkan perhatian dari orang-orang disekelilingnya. Dan pada Bulan Agustus saat dirinya berada di bangku Sekolah Menengah Atas-lah, semuanya dimulai. Berawal dari keingginannya untuk menguji nyalinya ia mengikuti lomba mengangkap belut pada perayaan Hari Kemerdekaan RI itu. Dan tak sia-sia perjuangannya, ia menggondol juara 1 dan membawa pulang pialanya. Pasca peristiwa tersebut, rasa optimisme dan mental juara muncul dalam diri Suhadi muda. Ia yakin bahwa Ia memiliki potensi yang melebihi kawan-kawannya meskipun hanya sekedar juara menangkap belut tingkat desa.

Semasa kuliah di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) Ia kemudian aktif di berbagai unit kegiatan mahasiswa. Aktif sebagai pembicara di berbagai seminar kemahasiswaan, penulis artikel koran, aktivis senat mahasiswa, dan pegiat teater kampus. Tidak cukup itu, Ia kemudian merintis karier bidang pendidikan sejak mahasiswa semester 6 sebagai tutor Lembaga Bimbingan Belajar terkemuka. Selanjutnya, secara berturut-turut ia menjadi staff ahli bahasa (copy editor) Jawa Pos News Network (JPNN), mengelola pengembangan kurikulum Sekolah Unggulan (boarding school), mengelola pembelajaran dengan kurikulum nasional dan internasional (Victorian Certificate of Education dan International Baccalaureate Organization).

Sebagai informasi tambahan, Suhadi merupakan pemegang sertifikat pendidikan internasioanal oleh International Baccalaureate Organization:
1. IB Middle Years Programme that conducted by Sharon Thompson and approved by Ms Li Bin (MYP Regional Manager IB Asia Pasific Region)
2. Middle Years Programme Introductory Training for MYP LANGUAGE B that conducted by Ms Timi Adiyanti (IBO approved workshop leader)
3. IB Middle Year Programme SUBJECT SPESIFIC WORKSHOP that conducted by Mr Patrick Ritter (IBO approved workshop leader)
4. IB Diploma Programme for Language A 1 Workshop that conducted by Said Halim and approved by Judith Guy (Regional Director IB Asia Pacific)
5. Character First for Education that conducted by Character Training Institute

Berpengalaman sebagai master trainer untuk pelatihan siswa/mahasiswa, guru/tutor, orang tua, dan management sekolah, kini ia fokus mengelola dunia training and consulting di Trans Consulting INDONESIA di bawah naungan Indoglobal Group dan Islamic School International Network (ISI Network).

Komitmennya untuk memajukan pendidikan Indonesia bermula saat ia bekerja sebagai Indonesian Faculty Coordinator High School di sekolah Internasional Ciputra di Surabaya kejomplangan yang luar biasa dengan daerah sekitar yang miskin yang ketika berangkat ke sekolah harus berjalan melewati sawah yang becek dan jarang memakai sepatu. Dari situ ia merasa terharu dan memutuskan untuk keluar dari Ciputra dan ingin membesarkan sekolah-sekolah miskin itu.

Suhadi kini tinggal di kota Pahlawan, Surabaya bersama istri dan kedua anaknya. Selain concern di dunia pendidikan, sebagai mantan aktivis mahasiswa, tidak lupa ia melupakan urusan kemasyarakatan. Banyak kontribusi yang Suhadi perankan selama menjadi takmir masjid di lingkungannya. **